Reporter : Ahmad Khayatun Nufus
Redaktur : Hani Maulia
(Setia Budi saat beraksi di
acara Hari Puisi Dunia)
Tepatnya
tanggal 21 Maret 2018,
Kampus C Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta)
yang
beralamat di Jl. Ciwaru Raya, Cipare, Kec. Serang, Kota Serang mengadakan acara
Hari Puisi Dunia untuk memperingati Hari Puisi Nasional. Puisi dipercayai memiliki peran penting
dalam sejarah. Peringatan ini juga menjadi sarana untuk memberikan dukungan
bagi penulis puisi yang belum diketahui oleh masyarakat untuk menyuarakan isi
hati mereka.
Salah satu mahasiswa Untirta yang
bernama Setia Budi ikut serta memeriahkan acara tersebut. “Acara Hari Puisi
Dunia ini sangat asik menurut saya karena semua orang boleh berpartisipasi
untuk acara ini bahkan ada sebagian dosen juga yang mengikuti acara tersebut,” ujar Setia Budi.
Prestasi
yang didapatkan
Budi dalam membacakan puisi
ini diantaranya
ketika perlombaan di tingkat
kabupaten untuk mewakili sekolahnya, Budi berhasil mendapatkan
juara satu dan ditingkat
provinsi Budi mendapatkan juara kedua. Setelah Budi masuk kuliah dia mengikuti organisasi
teater dan disitulah dia menjadi pelopor untuk orang-orang yang ingin
memperdalam tentang bagiamana teknik membaca puisi.
Perkembangan puisi di Indonesia sangat pesat. Banyak
bermunculan penyair-penyair muda yang punya bakat kuat. Bukan tidak mungkin,
akan mencatatkan nama dalam peta kesusastraan Indonesia, khususnya puisi. Ini
sebuah fenomena yang menggembirakan. Semangat dan kreativitas semakin tinggi
seharusnya, karena persaingan pun semakin ketat. Tentu saja yang diharapkan
adalah persaingan yang sehat.
”Awalnya saya tidak suka membaca
puisi, ketika pada suatu saat di
sekolah
saya ada acara perlombaan membacakan puisi, teman-teman saya menunjuk saya
untuk mengikuti acara tersebut, di
situ
saya merasa tidak percaya diri karena saya belum punya pengalaman membaca
puisi. Akhirnya saya mencoba mendaftarkan diri untuk mengikuti perlombaan ini
dan singkat cerita saya mendapatkan juara satu di acara perlombaan ini,” ungkapnya.
"Ada
yang membuat saya menyesal sampai saat ini yaitu karena kesombongan saya pada
saat lomba tingkat nasional
di situ
saya merasa bahwa saya sudah bisa dan saya tidak pernah berlatih sama sekali,
dan pada saat perlombaan berlangsung banyak orang yang lebih bisa dari saya,
dari situlah saya menyesal dan saya tidak mendapatkan juara di tingkat nasional. Semua itu saya
jadikan pelajaran untuk saya supaya saya tidak menyepelekan hal yang sudah saya
bisa," ujar Budi.
Tidak ada proses yang sia-sia, segala sesuatu mengalir sesuai dengan
masing-masing prosesnya, puisi tidak lagi dianggap sebagai bentuk seni usang, tetapi
juga memungkinkan masyarakat secara keseluruhan untuk mendapatkan jati diri mereka kembali dan yang paling terpenting
untuk menegaskan identitas dirinya masing-masing.
“Di Hari Puisi Sedunia ini saya berharap kepada pemerintah agar memberikan perhatian
lebih kepada para seniman-seniman di Kota Serang ini khususnya karena banyak
diantara mereka justru terjerat dalam dunia narkotika dan salahnya pergaulan
yang seharusnya para pemuda-pemuda ini berkreatifitas sehingga bisa menghasilkan dan menciptakan karya untuk
mengharumkan nama bangsa,” kata Setia Budi. (AKN/HNI/Newsroom).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar