Reporter : Nisa Shofia
Redaktur : Fatimatul Zahra
(Orasi dari wapresma terkait
Nawatuna pada massa aksi/ sumber: orange.fisip-untirta.ac.id)
Merayakan
hari Pendidikan Nasioanal yang
jatuh pada 2 Mei, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga
Besar Mahasiswa (KBM) Untirta mengajak seluruh mahasiswa untuk mengikuti aksi
di depan Gedung Rektorat kampus A Serang,pada Rabu (02/05). Massa aksi yang menuntut pihak kampus harus
membenahi sistem pendidikan di kampus yang dinilai bobrok. KBM Untirta mengumpulkan
bebagai permasalahan yang ada di kampus yang disebut Sembilan Tuntutan
Mahasiswa (Nawatuna).
Isi
rumusan Nawatuna ialah menolak Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI), menuntut
transparasi dan menolak hutang atas pembangunan kampus Sindangsari, menolak
pungutan liar pada pelayanan akademik sarana dan prasarana, menuntut Untirta
dalam sistem penetapan dan penggolongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dengan tepat
sasaran, hapuskan jam malam, wujudkan fasilitas kampus yang layak dan memadai,
wujudkan integrasi dan tingkatkan kuantitas tenaga pengajar Untirta, hentikan
kriminalisasi dan diskriminasi terhadap mahasiswa Untirta, dan wujudkan
kebebasan berpendapat dan beraspirasi.
Nawatuna
muncul karena mahasiswa merasa Untirta tidak mampu menciptakan situasi kampus
yang kondusif, dimana dilihat
dari segi UKT yang tidak melihat dari kebutuhan dan beban mahasiswa, orangtua
mahasiswa juga tidak dilibatkan dalam penentuan UKT. Selanjutnya SPI yang masih
diberlakukan mematuk harga. Ristekdikti No. 39 tahun 2017 menyatakan seharusnya
melihat situasi dan kondisi mahasiswa yang ada. Disisi lain massa aksi meninjau
dana SPI tidak ada perkembangan yang signifikan, sehingga tidak merasakan
dampak yang dihasilkan dari dana tersebut.
Mangkraknya pembangunan di
Sindangsari juga diprotes dalam aksi tersebut. “Pembangunan sindangsari sudah
dialirkan oleh islamic Development Bank (IDB). Sedangkan SPI itu sendiri 70% untuk pembangunan
disetiap fakultas, dan 30% masuk universitas tapi apa yang kita rasakan hari
ini fasilitas tidak mumpuni dan tidak ada peningkatan secara signifikan, dan
sekarang kemana dana SPI itu sendiri?” ujar Ahmad Subarjo, Mahasiswa Agribisnis
2014 Untirta, selaku Humas saat ditemui saat aksi berlangsung.
Selama
unjuk rasa berlangsung massa aksi berusaha menerobos pintu rektorat, ini
dikarenakan pihak rektorat yang tidak kunjung menemui massa aksi. Selang berapa
lama pihak rektorat yang diwakilkan oleh Kurnia Nugraha selaku Wakil Rektor II
dan Suherna Wakil Rektor III menyetujui nawatuna namun dengan catatan seperti
SPI disesuaikan dengan golongannya seperti halnya UKT, jam malam di kampus
Ciwaru digunakan jika untuk hal-hal yang bermanfaat bagi mahasiswa dan sarana
dan prasarana di Ciwaru diharapkan ramah untuk penyandang disabilitas.
“Harapan
buat Untirta nanti semoga sesuai lah
sistem pelayanan dikampus dengan UKT kita, agar bisa transparan untuk
pembangunan di Untirta yang bakal dirasain sekarang atau nantinya, jangan
sampai ada pungutan-pungutan liar yang buat kita terbebani sebagai mahasiswa.”
Ujar Chandra, mahasiswa Akuntansi 2016.
(NS/FZ/NEWSROOM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar